You are currently viewing Perpustakaan IAIN Pontianak Adakan Bedah Buku

Perpustakaan IAIN Pontianak Adakan Bedah Buku

Perpustakaan IAIN Pontianak adakan bedah buku dengan judul: Moderasi Beragama Analisi Perspektif Tafsir Sufistik ditulis oleh: Dr. H. Syarif, MA diterbitakan oleh IAIN Press Pontianak pada Oktober 2021 dengan jumlah halaman 111 + vi dengan ukuran buku 16x 24 cm dengan ISBN: 978-623-336-063-0. Acara bedah buku ini dilaksanakan pada hari Selesa, 24 Mei 2022 di Aula Masjid IAIN Pontianak dengan menghadiri pembicara: Dr. H. Pabali Musa, M.Ag (Dosen Senior FISIP Untan) dan Dr. Syamsul Kurniawan (Dosen FTIK IAIN Pontianak).

Dalam penyampaiannya Dr. H. Pabali Musa, M.Ag menyampaikan bahwa secara global buku ini sangat baik dalam menjawab tantangan konflik beragama dan masyarakat yang ada sehingga kedepan buku ini bisa dijadakan rujukan untuk menciptakan kedamaian umat terutama umat Islam yang ada. Dilanjutkan oleh beliau bahwa Moderasi: menengahi suatu masalah, jalan pertengahan, Moderasi/Wasathiyah bermakna paling adil, ideal, paling baik dan berilmu, Moderasi beragama: aktifitas manusia beragama yang memerankan tindakan kedamaian dalam persentuhannya dengan yang lain. Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat membuat kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai kepribadiannya. Konsep Moderasi Beragama pada Pendidikan Islam adalah: bagaimana upaya membangun suatu pola membim-bing, mengarahkan, membina, serta pembelajaran peserta didik yang dilaku-kan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dengan pemahaman yang bernuansa moderat, sehingga terwujudnya ummat tengahan/ummatan wasathan. Umat Tengahan/Ummatan Wasathan: umat Islam yang dipilih sebagai umat yang berada di posisi tengah, adil dalam menangani sesuatu sehingga menjadi yang terbaik dan sempurna. Prakteknya: Dalam melihat dan menyelesaikan persoalan: melakukan pendekatan kompromi dan berada di tengah-tengah dan Dalam menyikapi perbedaan: mengedepankan sikap toleransi, dengan tetap meyakini kebenaran masing-masing sesuai dengan dasar/landasannya. Dilanjutkannya lagi bahwa adanya hak kebebasan yang harus selalu diimbangi dengan kewajiban.

Pembicara Kedua Dr. Syamsul Kurniawan menyampaikan bahwa pendidikan memiliki input yang sangat penting bdalam pencerahan kehidupan beragama sehingga pendidikan dapat membedakan yang mana baik dan yang buruknya. Keanekaragaman dari bangsa ini membuat negera ini menjadi besar dan kuat. Selanjutnya setiap kehidupan harus ditumbuh kembangkan pemahaman akan mederasi beragama secara baik dan teliti sehingga dapat melahirkan umat yang tangguh dan kuat menghadapi perbedaan. Jangan membesarkan perbedaan tapi selalu melihat akan persamaan diantara kita. Banyak sekali aturan serta disiplin yang dibuat kesemuan itu untuk menciptakan umat yang aman dan damai. Kita sebagai umat beragama harus saling menghormati dan selalu tolerasi sehingga moderasi dalam kehidupan juga beragama dapat terciptakan secara baik dan utuh. Dalam menyelesaikan konflik yang ada selalu mengedepankan arti persauadaraan serta kesamaan diantara kita supaya tidak terjadi berkepanjangan. Buku moderasi beragama ini kedepannya dapat menjadi salah satu rujukan dalam menjawab serta menyelesaikan berbagai konflik baik itu dalam beragama dan bernegara.

Slamet Widodo, S.Ag. S.IP selaku kepala Perpustakaan IAIN Pontianak sangat menyambut baik panitia dalam menyelenggarakan bedah buku moderasi beragama ini. Kedepan diharapkan kegiatan yang serupa dapat dilakukan serta di tingkatkan lagi supaya kehidupan beragama dapat damai serta aman. Dilanjutkan oleh beliau bahwa moderasi beragama ini memiliki keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, serta material dan spiritual. Keseimbangan yang terwujud pada pentingnya kemampuan akal dan moral. Pengayaan kajian Materi keislaman dari semata-mata yang bernuansa eksoteris (analisis legal formal, seperti fikih. Dalam hal interaksi antar ummat beragama, kajian batiniyah/isoteris terhadap al-Quran lebih diutamakan yaitu mengkaji aspek moral kultural secara sufistik. Karena sahabat yang baik adalah sahabat yang sering memberi motivasi antara satu sama lainnya. Diakhirnya penyampaian nya beliau menyampaikan bahwa sahabat bukanlah orang yang dapat menghilangkan semua masalah, tetapi yang tidak menghilang ketika engkau menemui masalah. Sahabat seperti bintang; jauh di mata tapi dekat di hati, kadang tak terlihat namun tetap ada, tak dapat dimiliki tapi selalu menyinari, selalu bersama saat suka dan duka.

Halwiyah, S.Ag selaku ketua panitia menyampaikan bahwa kegiatan bedah buku yang berjudul moderasi beragama ini diambil dalam upaya meningkatan serta menumbuh kembangankan semangat saling menghargai dan memiliki rasa tolerasi dalam menjalankan kehidupan sosial dan agama. Kegiatan ini mendatang para pelajar dan guru dari Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya SMU Sederajat dengan jumlah peserta 109 orang, sehingga para pelajar dan guru dapat menjadikan agen perubahan akan mederasi beragama.

Baharuddin, S.Sos.I, M.Si

 

Leave a Reply