You are currently viewing Resensi Buku “Inspirasi Pendidikan Untuk Pendidikan yang Inspiratif”

Resensi Buku “Inspirasi Pendidikan Untuk Pendidikan yang Inspiratif”

  1. Judul Buku : Inspirasi Pendidikan Untuk Pendidikan yang Inspiratif
  2. Pengarang : Yusriadi
  3. No. Panggil : 371 Yus i
  4. Penerbit : STAIN Pontianak Press
  5. Tahun Terbit : 2013
  6. Jumlah Halaman : 170 halaman
  7. ISBN : 978-602-7942-96-7

Buku ini sangat menarik untuk dibaca, dilihat dari halaman 11 penulis memulai dengan memancing rasa penasaran pembaca dari kalimat “Sekolah membuat si anak uring-uringan. Sekolah telah membuat anak menderita” hal tersebut membuat pembaca akan berpikir apa yang sebenarnya akan dipaparkan oleh penulis dalam buku yang berjudul “Inspirasi Pendidikan Untuk Pendidikan Yang Inspiratif” ini. Apakah ada yang salah dengan sekolah?, apa sebenarnya yang kurang dari pendidikan?, atau ada sesuatu yang belum diketahui dalam pendidikan?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul dengan seketika di kepala pembaca, namun diperjelas di halaman berikutnya. Penulis menjelaskan dengan tulisan-tulisan pendek yang penuh makna untuk menginsiprasi pada praktek pendidikan misalnya di halaman 15 menyebutkan “Dalam persiapan ini ada dua hal yang harus diperhatikan seorang pengajar. Pertama, persiapan mental; dan kedua, persiapan fisikal”.

Bagian dua, ada judul “Pengajar” dimana penulis memaparkan cerita yang sangat ringan, dan memang akan membuat si pembaca mengangguk-angguk meng-iyakan kejadian yang dihadirkan oleh si penulis. Seperti di halaman 59 judul “Apa yang dilakukan dosen?”disitu diceritakan apa yang dirasakan oleh mahasiswa ketika dosen tidak hadir tetapi mendapat daftar kehadiran yang full. Kondisi dunia pendidikan yang sangat miris dan harus diubah polanya, penulis memberikan sudut pandang yang berbeda di akhir dalam kalimat “Dosen yang masuk dan keluar ruangan tepat waktu dianggap menyebalkan” ungkapan beberapa mahasiswa, kondisi yang memang begitu adanya namun cerita ditutup dengan amanat yang sangat baik yaitu dampak yang dirasakan mahasiswa akan terasa beberapa tahun kemudian, dan baru menyadari bagaimana dosen yang baik, dan layak di contohi.

Bagian tiga, membahas tentang sekolah. Penulis memaparkan bagaimana kondisi sekolah yang mana pelajar lebih menyukai libur, disini menggambarkan bahwa menurut pelajar sekolah memang tidak menyenangkan untuk beberapa siswa. Namun di akhir bagian ini penulis memberikan solusi bagaimana memilih sekolah yang baik untuk anak, agar tidak salah memilihkan sekolah untuk anak. Penulis mengutip Munif  Chatib dalam buku Gurunya Manusia (2012). “Sekolah yang baik adalah sekolah yang sering mengadakan pelatihan bagi guru. Sekolah yang baik pasti memperhatikan kualitas guru dan berusaha mencapai kualitas itu”.

Bagian empat, penulis berhasil menggambarkan bagaimana kondisi pelajar seperti kalimat awal di halaman 95 “Tata, anak 10 tahun yang masih bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah, minta dibelikan tas. Tas sobek karena setiap hari bawaannya berat”. Hal tersebut menyadarkan pemerintah untuk memperbaiki layanan penyempurnaan pendidikan. Dan lebih memikirkan kurikulum yang baik untuk pengajar dan pelajar.

Bagian lima, kehidupan pelajar yang dibahas oleh penulis memang harus dipertimbangkan oleh pengajar. Karena banyak pengajar yang tidak ambil peduli apa saja kegiatan pelajar, hanya karena sebagian pelajar yang di ketahui pengajar memang melakukan aktivitas yang sangat tidak penting seperti di bagian akhir penulis menyebutkan aktivitas yang kurang bermanfaat “Mahasiswa menceritakan pengalaman mereka pergi ke tempat karaoke, pergi ke tempat wisata, kumpul bersama membuat acara, jalan ke mall. dll”. Namun tidak semua pelajar melakukan aktivitas tersebut seperti di bagian cerita yang berjudul Perjuangan Hidup.

Bagian enam, orang tua memang selalu menjadi hal utama bagi pendidikan karena orang tua adalah madrasah pertama bagi anak. Lagi-lagi penulis memancing si pembaca dengan cerita yang sangat ringan untuk dipahami seperti di bagian Pendampingan Orang Tua. Penulis juga tidak hanya menggambarkan peran orang tua yang paling utama melainkan juga orang tua adalah orang yang utama berbahagia jika anaknya berhasil, seperti di cerita yang berjudul Orang Tua Senang. Di kalimat “Pak, terima kasih karena telah menulis nama saya sebagai penulis, orang tua saya sangat senang dan bahagia”.

Bagian tujuh, setelah mengambarkan dan memaparkan kondisi pendidik dan pelajar, penulis menampilkan sosok yang sangat inspiratif di bagian ini, seperti menceritakan sikap baik yang harus dicontohi oleh semua orang seperti Prof. Dr. James T. Collins seorang ahli linguistik, prof. Dr. Hadari nawawi, Dr. Timo Kaartinen seorang ilmuan  dari Filandia, Khairul Fuad seorang pemerhati sastra, Surjani Alloy, Dr. Harley Binti Abd Arif, Nur Iskadar peraih rekor muri sebagai penulis tercepat dan tebal, Fahmi sebagai desainer cover handal, Hermansyah Dosen IAIN Pontianak , Dedy Ari Asfar peneliti.

Bagian delapan, menuju pendidikan yang inspiratif. Penulis membawa kasus yang menberitakan seorang guru dituntut hukum adat karena telah memukul seorang siswa. Jelas-jelas itu kondisi yang sangat memperhatinkan dan harus diubah, seperti yang dipaparkan oleh penulis di bagian akhir “Hal itu sudah terjadi dan menjadi noda itu tidak bisa dihapus. Apa yang dapat dilakukan ke depan adalah, bagaimana hal serupa tidak terjadi lagi.”.

Buku ini sangat menginspirasi, dan menyadarkan pentingnya pendidikan. Buku ini harus dimiliki oleh setiap orang agar menyadari betapa pentingnya pendidikan yang inspiratif, dan tidak terjadi lagi hal-hal yang seharusnya tidak berlaku di dunia pendidikan. Buku ini sangat layak dibaca oleh pendidik dan semua kalangan.

 

Karya: Khatijah (Program Studi Perbankan Syariah IAIN Pontianak)

Editor: Fauziah Mian

Leave a Reply