You are currently viewing Al Hikam – Hikmah 2

Al Hikam – Hikmah 2

Ibnu Athaillah As Sakandari Rahimahullah Ta’ala anhu berkata dalam Al Hikam (Hikmah 2) : Keinginan untuk tajrid (melulu beribadat tanpa usaha dunia) padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang berusaha (kasab) untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari, maka keinginanmu itu termasuk syahwat hawa nafsu yang samar (halus). Keadaan sebaliknya, keinginanmu untuk berusaha (kasab), padahal Allah telah menempatkanmu pada tajrid (melulu ibadah tanpa kasab),  maka keinginan yang demikian berarti menurunkan semangat dari tingkat yang tinggi.

Salim Bahreisy menerjemahkan, sebab, kewajiban seorang hamba menyerah kepada apa yang dipilihkan oleh majikannya. Lebih-lebih apabila majikan itu Tuhan Allah yang mengetahui benar apa yang menguntungkan bagi hambaNya dan yang merugikan bagi hambaNya. Allah memberikan tanda tajrid dan kasab sebagaimana :

  1. Tanda bahwa Allah menempatkan dirimu pada golongan kasab (usaha), apabila terasa ringan bagimu kasab, sehingga tidak menyebabkan engkau rakus (tamak), dusta, menipu, mengambil keuntungan pada saat sulit, atau ada niat dan perilaku merugikan orang lain. Duduklah pada kedudukan kasab, karena masih memberimu amanah. Jangan berpindah pada kedudukan kasab, sehingga Allah yang memindahkannya.
  2. Tanda bahwa Allah menempatkan dirimu pada golongan tajrid adalah apabila Allah memudahkanmu tentang kebutuhan hidup dari jalan yang tidak disangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan karena tetap ingat dan bersandar kepada Rab (Tuhan)  serta tidak lalai menunaikan perintah Allah. Syaithan sebagai musuh manusia, tidak suka bila melihat manusia itu tenang, syaithan datang membisikkan kepada manusia supaya tidak puas terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadanya, selalu membayangkan kesenangan, kemewahan, kebesaran, kehormatan, kekayaan, ketenangan yang bersumber pada materi yang membangkitkan nafsu tamak,  iri hati yang bukan rezekinya. Akibatnya, manusia melepaskan kedudukannya dari tajrid yang Allah telah pilihkan, maka jatuhlah manusia dari tingkat yang paling tinggi ke tingkat yang paling rendah. Ayah manusia (Adam) terbujuk rayu oleh Iblis dengan nasehat Iblis yang mencelakakan hingga Adam terusir dari tempat yang tinggi (jannah ‘aliyah) ke tempat yang rendah (dunia). Bujuk rayu Iblis itu : (Berkata Iblis), Tuhan tidak melarang kamu mendekati pohon ini melainkan supaya kamu tidak dapat mencapai kedudukan malaikat atau tidak dapat kekal di dalam surga (Al A’raf ayat 20). Dalam surah Toha ayat 120 : Maka membisikkan Iblis, ia berkata, wahai Adam, sukakah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa. Wallahu a’lam.

 

Leave a Reply