You are currently viewing Al Hikam – Hikmah 1

Al Hikam – Hikmah 1

Berkata Imam Ahmad ibnu Athaillah As Sakandari Rahimahullah Ta’ala : Setengah dari tanda bahwa seseorang itu bersandar diri pada kekuatan amal usahanya, yakni berkurangnya pengharapan terhadap rahmat karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan atau dosa.

Lailahaillallah Muhammadurrasulullah bagi yang berma’rifat billah wabi Rasulillah cukuplah Allah (hasbiyallah) segalanya, yang menuntun jalan ke arah taat dan menuntun jalan menghindari maksiyat.

Lailahaillallah Muhammadur Rasulullah memenuhi hamparan bumi dan angkasa langit raya serta antara keduanya. Apapun jika ditukar ganti dengan Lailahaillallah Muhammadur Rasulullah maka lenyaplah seluruh apa yang dibandingkan, ditandingkan, disandingkan dengan Kalimah Tauhid (Syahadat Tauhid) dan Syahadat  Rasul akan hancur lebur dan lenyap hilang tiada berharga walau seluruhnya emas intan berlian apabila tidak ada Kalimat Syahadatain padanya. Syahadatain yang dimengerti, dimaknai, dihayati, direnungi, dikaji, dipelajari, diamalkan menjadi berharga seluruh amal yang berbuah pahala (tsawab).

Syariat memang menyuruh kita beramal saleh dan syariat memang menyuruh kita meninggalkan amal yang buruk. Tapi, hakikat dari syariat menyuruh kita bergantung kepada Allah. Allah yang memberikan amal, Allah yang mengantarkan amal, Allah yang membuat jalan hingga hamba mengenal amal dan lalu beramal, serta kepada Allah semua amal itu pulang kembali. Dalam arti, diterima atau ditolaknya amal sepenuhnya kuasa mutlakNya Allah swt. Hamba yang ridha kepada Allah dalam keadaan apapun, suka duka, bahagia sengsara, dalam keadaan aman dan takut, dalam keadaan kaya dan miskin, dalam keadaan tua dan keadaan muda, dalam keadaan taat dan maksiyat, jangan tinggalkan Allah, jangan abai dengan Allah, jangan membelakangi Allah, jangan  meremehkan, merendahkan Allah dan seluruh atributnya (alam raya).

Amal ibadah tidak berbuat apa-apa dihadapan Allah, kecuali kehendak Allah yang meridhai amal, lalu bernilai amal saleh yang Allah ridha (Surah Al Ahqaf ayat 15). Penamaan dan pemaknaan amal merupakan bagian dari makhluk. Atau dengan kata lain, hamba (‘abid) yang apabila diberikan kesehatan dan kesempatan serta kemudahan beribadah kepada Allah berarti Allah menghendaki kesyukuran hamba kepada Rabb-Nya. Adapun sebaliknya, ketika hamba lupa dan tersalah, si hamba tidak putus harapan akan keampunan dan kemaafan Allah Al Ghafur yang senantiasa hadir pada pintu taubat si hamba yang bercelumuran kotoran dosa. Si hamba pendosa tidak ingin mengekali dosa, dia segera bangkit dari  keterpurukan dan kenistaan dalamnya sumur dosa. Seraya memohon kepada Allah akan harap yang yakin dan harapan (raja’)  yang tidak pernah pupus dan damba yang tidak pernah luput, serta cita dan cinta akan kemurahan,  keampunan,  kesantunan  (Al Halim) yang tidak pernah sepi dan tidak pernah henti,  si hamba selalu berhubungan dengan TuhanNya, Tuhan yang selalu menganugerahkan rahmat kasih dan rahmat sayangNya tiada pernah jeda.

Simpulan kalimah hauqalah : Lahaula wa la quwwata illa billah memantapkan hati tidak ada kekuatan untuk berbuat baik kecuali dengan bantuan pertolongan Allah dan karunia rahmatNya semata-mata. Bukan seperti iblis yang menganggap dirinya lebih baik karena diciptakan dari unsur api. Anggapan yang keliru, api, tanah, angin, air merupakan unsur-unsur ciptaan. Atau seperti Qarun yang beranggapan bahwa kekayaan adalah hasil ilmu dan usahanya (Al Qasas ayat 78).

Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, dengan kepintaran diri sendiri, dengan kebaikan diri sendiri, seakan bisa tanpa pertolongan Allah swt, hidayah, taufiq, ma’unah, irsyad dan rahmat serta pemberian (minnah) dari Allah swt. Sebab, seluruh perbuatan taat terbit dari taufiq dan ijin Allah semata.

Ingatlah Nabi Sulaiman yang telah diberikan Allah seluruh perbendaharaan langit dan bumi. Begitu juga Nabi Yusuf yang telah Allah angkat sebagai raja Kota Mesir, semua mereka beriman dan bertaqwa serta menyadari bahwa kerajaan, kekuasaan, ilmu, dan sebagainya merupakan anugerah Allah Tuhannya, untuk menguji mereka syukur atau kufur. Surah An Naml ayat 40 telah mewartakan berita Sulaiman : Ini semata-mata karunia dari Tuhanku, untuk menguji kepadaku, apakah aku bersyukur atau kufur. Wallahu a’lam

 

Leave a Reply